Sabtu, 12 Februari 2011

Meluruskan Tanggal Kelahiran HMI

 
Didirikan oleh Lafran Pane, HMI (Himpunan Hahasiswa Islam) kini telah menjadi organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia . Pendirinya ini bukanlah seorang ulama, politikus atau seorang jutawan. Ia hanya anak seorang pejuang miskin dari Sipirok Sumatera Utara. Seorang pemuda sederhana yang sadar perubahan, dan talenta insan kamilnya terbangun dari hasil perenungan yang dalam terhadap kondisi keummatan dan keislaman.

Konversi kejiwaan Lafran Pane yang radikal terjadi ketika ia tidak puas dengan kehidupan sekuler dan kejumudan intelektual yang melanda mahasiswa dan bangsa Indonesia . Kegalauan batin mendorongnya untuk terus mencari hakikat hidup dan kembali ke keyakinan keislaman yang paling mendasar. Jawaban dari penderitaan, perjuangan dan tafakkur anak muda ini berujung kepada berdirinya HMI.

Sejak kecil hidup deklarator HMI ini sangat memprihatinkan, bekerja menjual es lilin dari satu emperan toko ke emperan lainnya. Beranjak remaja, hidupnya pun masih menderita. Biaya hidup diperoleh dari penjualan karcis bioskop. Main kartu dan domino hobi remaja binaan alam ini. Beruntung ia dapat sekolah. Meskipun tak terhitung lagi berapa kali ia pindah-pindah, mulai dari Sipirok, Sibolga, sampai ke Medan . Umur 15 tahun ia mengembara ke Jakarta . Hidup dari satu sudut kota ke sudut kota lainnya. Tidurpun terkadang di kaki lima . Kejamnya ibukota tak membuatnya bertahan. 5 tahun kemudian ia kembali ke Padang Sidempuan.

Meskipun hidupnya menyedihkan, ia bukanlah anak orang biasa. Ayahnya tokoh pergerakan nasional Sipirok. Dua abangnya, Sanusi dan Armin, kemudian hari dikenal sebagai pelopor Pujangga Baru. Darah inilah yang membuatnya militan. Pada tahun 1942, ia pernah diancam hukuman mati di Padang Sidempuan, karena tuduhan memberontak terhadap Jepang. Lolos dari hukuman, setahun kemudian ia lari ke Jawa. Di Jogjakarta , ia pun diterima menjadi mahasiwa. Tepat pada ulang tahunnya yang ke-25, ia berdiri di depan salah satu ruangan belajar Universitas Islam Indonesia (UII), lalu mendeklarasikan berdirinya HMI.

Kapankah HMI lahir?
Pertanyaan ini terjawab pada dua puluh sembilan untaian kata dalam statuta HMI tentang “Waktu dan Tempat Kedudukan” berikut ini; “HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabi’ul Awwal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947 M untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat Pengurus Besarnya” (Pasal 2 AD HMI).

Mari kita lebih sadar dan kritis. Narasi Pasal 2 AD HMI ini secara tegas memberikan penekanan bahwa perhitungan kelahiran HMI adalah dengan penanggalan Hijriah, bukan Masehi. Tanggal pertama yang muncul di pasal ini adalah 14 Rabi’ul Awwal 1366 H. Sementara tanggal 05 Februari 1947 hanyalah tanggal untuk memperjelas kapan itu 14 Rabi’ul Awwal 1366 H. Penekanan kelahiran berbasiskan tahun Islam ini, menurut saya, adalah sebuah bentuk literal tersendiri dari komitmen utama HMI, yaitu ke-Islaman. Disini jelas bahwa penekanan kelahiran HMI adalah pada penanggalan Hijriah, bukan pada penanggalan masehi. Jadi, HMI lahir pada 14 Rabi’ul Awwal 1366 H, kebetulan saja bertepatan dengan 05 Februari 1947 M. Jika pasal 2 AD HMI ini boleh saya beri catatan, maka akan menjadi seperti ini:

“HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabi’ul Awwal 1366 H [kebetulan] bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947 M untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat Pengurus Besarnya”. Jika kita konsisten dengan AD serta semangat ke-Islaman HMI, maka peringatan kelahiran HMI yang benar adalah tanggal 14 Rabi’ul Awwal, bukan tanggal 05 Februari. Namun kenapa selalu diperingati pada 05 Februari? Menurut saya ini bentuk kesalahan berjamaah yang diulang-ulang sehingga menjadi kebenaran umum. Kesalahan ini, dalam cognitive intelligent disebut “lack of time awareness”. Inilah bentuk kelemahan kognisi manusia berupa ketidaksadaran dalam perhitungan atau ingatan tentang waktu. Kesalahan ini juga dikarenakan kita telah terindoktrinasi oleh semangat Gregorian, daripada spirit Hijriah. Kita terjebak dalam penanggalan Romawi yang disemai kolonial daripada apa yang dirumuskan oleh muslim intelektual pasca kenabian. Bukan berarti penanggalan romawi kristen ini salah, tetapi kita telah secara berjamaah melupakan penanggalan yang dirumuskan mujtahid muslim.

05 Februari 2010 tahun ini akan bertepatan dengan 21 Safar 1431 H. Jika kelahiran HMI diperingati pada tanggal tersebut berarti kita telah mengacaukan tanggal kelahiran HMI. Ingat, HMI lahir bukan pada 21 Safar!  AD jelas menyebutkan bahwa HMI lahir pada 14 Rabi’ul Awwal. Secara implisit dan eksplisit, penanggalan Hijriah menjadi dasar perhitungan kelahiran. Maka salah jika kemudian kita menjadikan tanggal Masehi sebagai dasar kelahiran. Tahun masehi lah yang menurut AD Pasal 4 harus mengikuti penanggalan Hijriah, bukan sebaliknya. Dengan demikian, menurut saya, memperingati kelahiran HMI pada 05 Februari adalah kesalahan ideologis terhadap spirit ke-Islaman serta pelangaran terhadap konstitusi organisasi.

Jadi kapan tahun ini kita harus peringati kelahiran HMI? Sederhana sekali, kembali ke AD HMI: 14 Rabi’ul Awwal. Dan 14 Rabi’ul Awwal 1431 H tahun ini [kebetulan] bertepatan dengan 28 Februari 2010 M. Jadi, kalau mau mengadopsi kalender Romawi, maka milad HMI tahun ini kita peringati pada 28 Februari 2010. Untuk tahun depannya lagi, 14 Rabi’ul Awwal 1432 H akan bertepatan dengan 17 Februari 2011. Sementara 14 Rabi’ul Awwal 1433 H akan jatuh pada 06 Februari 2013. Begitu seterusnya, penanggalan Gregorian atau masehi disesuaikan dengan 14 Rabi’ul Awwal.

Sudah saatnya HMI Aceh memperingati kelahiran HMI pada tanggal yang benar, 14 Rabi’ul Awwal. Gerakan ini kelihatan kecil dan sepele, namun memiliki efek yang besar bagi kesadaran HMI secara nasional. Kita harus menjadi pioneer nasional untuk menghentikan warisan kesalahan Milad HMI.

* Penulis adalah sekjen KAHMI Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar