Sabtu, 12 Februari 2011

Sebuah Harapan untuk Kaum Muda


*Yus Efendi, SP

Berbicara Aceh, kita akan terkesima akan sejarah perjuangan rakyat Aceh dalam berjuang mempertahankan kedaulatannya di masa lampau. Tersirat dalam ingatan kita bagaimana kepahlawanan Sultan Iskandar Muda, Laksamana Malahayati, Teuku Umar, Tjut Nyak Dhien, Tjut Nyak Mutia dan lain-lain, yang semangat patriotismenya mampu mengobarkan semangat berani mati di jalan Allah demi kebenaran dan mempertahankan agama Allah. Kepahlahwanan mereka merupakan sebuah pualam yang wajib menjadi inspirasi bagi segenap penerus negeri ini, sebab gerakan yang ikhlas dan benar-benar tulus berjuang tanpa pamrih ini rasanya akan sulit bagi kita untuk mampu mengulang sejarah fenomenal tersebut.

Fenomena-fenomena kepahlawanan para pendahulu ini terasa luntur dimakan peradaban zaman yang menyirat sebuah pertanyaan bagi anak-anak bangsa saat ini, akankah kita mampu meneruskan semangat dan deru patriotisme mereka di zaman penuh teknologi dan persaingan global saat ini?. Kita akan menemukan jawaban yang sulit apabila menukil pengalaman sejarah dengan peristiwa saat ini, dimana balutan sejarah belum tentu mampu menterjemahkan keinginan dalam semangat kaum muda saat ini dalam mengimplementasikan setiap gerak dan perilakunya untuk menyamai pelaku sejarah yang telah mengilhami kita saat ini. 

Sejarah telah membuktikan pada kita bahwa perubahan akan hadir apabila ada kesungguhan untuk mau berbuat dan mampu diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari melalui sebuah komunitas, dimana “ Allah akan mengubah nasib suatu kaum apabila kaum tersebut mau mengubahnya”. Menurut Mansour Fakih, dimana suatu komunitas itu tidak sekedar ‘memberi makna’ terhadap realitas sosial dan meratapinya, melainkan komunitas yang ikut menciptakan sejarah dengan membangun gerakan pemikiran dan kesadaran kritis untuk memberi makna masa depannya sendiri. Membangun suatu peradaban yang bermartabat dan mampu menciptakan sejarah baru bukanlah pekerjaan mudah, butuh gerakan pemikiran dan kesadaran dalam mengimplementasikan gerakan tersebut kearah perubahan yang fundamental untuk mencapai kemaslahatan umat.

Harus diakui, pengaruh sistem kehidupan yang berlaku dalam suatu kurun kehidupan sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan perilaku manusia yang hidup pada zaman tersebut. Tatanan masyarakat Aceh yang saat ini tidak sinergis antara relasi-relasi sosial yang dilakukan oleh penguasa menimbulkan adanya kelompok kaum intelektual (kaum muda) untuk memeras seluruh energi pikirannya melakukan gerakan untuk menghegemoni kekuasaan yang menindas. Motif yang menggerakkan kelompok-kelompok yang tertindas secara sosial ini kemudian membuat suatu konsep yang dijadikan sebagai ideologi kemudian mendogmakan kepada masyarakat dengan tujuan membakar semangat perlawanan terhadap kekuasaan tiran.

Untuk merebut kekuasaan yang dianggap tiran (menindas), Sistem keyakinan dari ide atau sebuah gagasan yang dianut secara praksis termanifestasi dalam wilayah partai atau kelompok-kelompok yang sering menyebut dirinya sebagai kelompok independen atau kelompok oposisi yang memperjuangkan ideologinya untuk berkuasa membentuk sebuah tatanan masyarakat yang baru. Terjadinya perubahan dalam sebuah tatanan yang timpang, bilamana ada sebuah mesin penggerak. Disamping ada ide atau ideologi, ada kriteria yang mendasar lahirnya sebuah perubahan seperti yang digagas oleh Jalaluddin Rakhmat “bahwa perubahan akan terjadi yaitu adanya tokoh yang dianggap sebagai orang-orang yang mempunyai kemampuan yang mapan dalam berbagai dimensi. Perubahan mustahil terwujud ketika tidak ada upaya atau strategi-strategi yang direncanakan dalam menyusun platform perubahan yang dicita-citakan”.

Perangkat-perangkat yang dilakukan dalam upaya menuju perubahan adalah mencetak para tokoh-tokoh muda dengan upaya pencerahan membentuk kesadaran diseluruh dimensi keilmuan baik itu budaya, politik sosial dan ekonomi dengan memapankan flatform ideologi sebagai landasan konsep perubahan. Kelahiran para tokoh-tokoh muda ini secara intelektual dapat memberikan angin segar dan pencerahan ditengah-tengah masyarakat dan membentuk simpul-simpul masa atau pusaran-pusaran intelejensia yang dapat mengkritisi seluruh kebijakan penguasa yang kurang memihak pada masyarakat. 

Bahkan percaya atau tidak bangsa kita didirikan sebagian besar karena hasil karya pemuda. Karena pemudalah Soekarno berani berkata : “Berikan kepadaku 1000 orang tua aku sanggup mencabut Semeru dari uratnya. Tapi berikan kepadaku 10 pemuda, maka aku sanggup menggoncangkan dunia. Dan kata-kata itu terus dikenang dunia hingga sekarang. Begitu pentingnya masa muda sampai-sampai Rasulullah SAW bersabda: “Gunakan lima kesempatan sebelum datangnya yang lima. Yaitu, masa mudamu sebelum tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa hidupmu sebelum kematianmu, dan waktu luangmu sebelum waktu sempitmu.” (HR Hakim). Rasul pun pernah bersabda, “Perjuangan Aku didukung oleh pemuda, oleh sebab itu berilah wasiat yang baik untuk mereka.” Maka tak salah bila kebangkitan suatu bangsa atau agama diawali dari kebangkitan moral dan intelektual generasi mudanya. Sebaliknya, kehancuran sebuah bangsa diawali dari kehancuran moral generasi mudanya. Dr Syakir Ali Salim mengatakan perbaikan umat, sehingga eksistensi sebuah umat sangat tergantung pada generasi mudanya.

Secara fitrah, masa muda merupakan jenjang kehidupan manusia yang paling optimal. Dengan kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar jika pemuda memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan banyak dimiliki pemuda. Kekhawatiran akan terjadinya kelangkaan pemimpin-pemimpin Aceh yang berkualitas dimasa depan akan menjadi kenyataan, jika kita semua tidak berperan serta sesuai bidangnya masing-masing, guna membantu proses penyiapan kader-kader dimasa kini. Reaktualisasi peran pemuda dalam menyikapi segala macam problematika bangsa merupakan satu keharusan sejarah. Tanpa melakukan reaktualisasi peran dan hanya berpijak pada paradigma lama dalam memandang dan menyikapi persoalan yang terjadi, maka dapat dipastikan pemuda kita, tidak saja akan ketinggalan tetapi juga akan terpuruk, sehingga membutuhkan waktu yang lama dan sumber daya yang besar untuk membangkitkan kembali.

Saat ini, yang harus menjadi bahan pencerahan kita adalah upaya melahirkan seorang tokoh-tokoh muda intelektual yang diharapkan mampu membawa perubahan dan melahirkan semangat patriotisme seorang Teuku Umar dalam berjuang melahirkan perubahan-perubahan dengan ide-ide yang bervisi memperjuangkan kesejahteraan bagi segenap rakyat Aceh. Sehingga akan lahir pemimpin muda yang mampu membawa Aceh sebagai sebuah pilot project kesejahteraan masyarakat dengan kaum muda yang enerjik, intelektual dan bervisi jauh kedepan. Pemikiran kritis kaum muda sangat didambakan umat. Di mata umat dan masyarakat umumnya, mereka adalah agen perubahan (agent of change) jika masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda sekarang ini.

Kepemimpinan kaum muda masa depan dituntut memiliki keterampilan berpikir yang metodis dengan memanfaatkan otak dan hati dalam mengaktualisasikan terobosan cara berpikir dalam mengikuti pembaharuan. Oleh karena itu sebagai daya dorong untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan kaum muda haruslah memiliki wawasan dan imajinasi yang harus ditumbuh kembangkan kedalam peta pikiran agar ia mampu melihat persoalan-persoalan masa depan dan bagaimana kita memecahkannya dengan melaksanakan perubahan. Satu kerangka pikir untuk menuntun kebutuhan akan perubahan, bermula dari kesamaan visi dalam kepemimpinan artinya berpikir dalam kerangka intuitif menuju kearah persfektif. Dengan kesamaan visi dalam kepemimpinan kaum muda diharapkan dapat tumbuh dan berkembang gagasan / ide baru sebagai aktualisasi dari penjabaran visi kepemimpinan sebagai suatu kekuatan yang dapat mendorong kaum muda untuk berkonstribusi dalam mewujudkan kreativitasnya.

Musthofa Muhammad Thahan menjelaskan tentang bagaimana kekuatan pemuda mampu membawa perubahan yang fundamental, yaitu (1). Sektor pembebasan dan kemerdekaan, Pemuda adalah kemampuan, tekad, keberanian, dan kesabaran menghadapi tantangan. dengannya ummat menghalau musuh dan mengangkat bendera kejayaannya, (2). Sektor pemikiran dan pembentukannya, Pemuda adalah unsur kokoh yang mampu belajar keras, menguasai dan menghasilkan pemikiran serta pembaruan. Ibarat ranting yang masih segar, kelenturannya cukup untuk terbentuknya pemikiran sekaligus mentransformasikan pemikiran tersebut kepada orang lain, (3). Sektor Iman dan Amal, Iman yang diam dan kehilangan dinamika tidak ada harganya, sedangkan keimanan pemuda selalu memunculkan energi tersembunyi yang besar dalam bentuk gerakan membina umat, (4). Sektor Perubahan, Pemuda adalah pelopor dan sarana perubahan, Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah kondisi jiwa mereka. Sedangkan pemuda memiliki kekuatan jiwa yang besar, maka perubahan yang dilakukannya pun besar.

Merunut sejarah perjalanan kaum muda Aceh dalam balutan konflik, Ahmad Farhan Hamid mengatakan “gerakan perlawanan pemuda Aceh merupakan satu generasi yang lahir tidak hanya membaca dan mendengar kisah Aceh yang dibalas 10 tahun dalam bentuk penjajahan Daerah Operasi Militer (DOM). Namun karena kesadaran yang dimiliki oleh rakyat dan pemuda khususnya, maka setiap kekejaman maupun penindasan pasti akan mendapat perlawanan, dan perlawanan itu dimulai dari darah-darah muda intelektual muda”. Ini membuktikan bahwa perjalanan kaum muda Aceh telah mampu mewarnai kisah tragis negeri ini, peran ini juga menjadi sangat khusus, dimana elemen pemikiran kritis untuk menumbangkan tirani yang kejam dalam kekuasaannya. 

Pejuang yang kita maksudkan saat ini adalah pejuang yang mampu melihat berbagai permasalahan umat (rakyat Aceh) dan pejuang yang mampu melakukan gerakan moral untuk melakukan gerakan-gerakan moral yang mampu menumbangkan tirani kemiskinan dan kesengsaraan rakyat, sehingga rakyat akan menikmati kesejahteraannya tanpa embel-embel kepentingan politik untuk melanggengkan kekuasaan tirani. Kaum muda Aceh juga harus menjadi pilar pembangunan, pembangunan membangun sendi-sendi peradaban bagi Aceh yang begitu terkenal sebagai negeri Syariat Islam. Bukan pekerjaan mudah menata negeri ini menjalankan Syariat Islam secara kaffah, butuh upaya yang sungguh-sungguh dari segenap rakyat negeri ini, khususnya pemuda dalam menyiarkan dan menjadi salah satu elemen pendukung konsep Syariat Islam ini, semoga.

* Penulis adalah Sekum BADKO HMI Aceh 2006-2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar